Google

Minggu, 13 Desember 2009

Sepuluh Gelandang Terbaik 2009


Siapa saja pemain terkemuka yang menjadi mesin bagi masing-masing tim sepanjang tahun ini? Siapa pula mereka yang sukses menjadi penghubung antarlini? GOAL.com Indonesia menyusun sebuah daftar yang tidak berdasarkan pemeringkatan berikut ini.



Xavi Hernandez (Barcelona / Spanyol)
Nafas permain Barcelona sehingga meraih kejayaan triplete musim 2008/09. Bayangkan jika Barcelona tanpa Xavi, aliran bola akan macet. Lionel Messi dan Samuel Eto'o, kini Zlatan Ibrahimovic, takkan pernah bisa mencetak gol-gol menentukan. Jika tetap bebas dari cedera dan berbekal konsistensi permainan, kejayaan di Piala Dunia tahun depan menanti Xavi.



Andres Iniesta (Barcelona / Spanyol)





Fans Barcelona akan selalu mengenang apa yang terjadi di Stamford Bridge, akhir April 2009. Kesulitan menembus pertahanan Chelsea, lewat satu kesempatan di menit tambahan waktu, Iniesta melesakkan bola untuk menciptakan gol yang memberikan Barca tiket ke final Liga Champions. Kembalinya Iniesta dari cedera pada awal tahun membangkitkan semangat baru bagi Barcelona.



Yoann Gourcuff (Girondins Bordeaux / Prancis)





Gourcuff memberikan contoh pasti, dibuang klub besar bukan berarti karir harus berhenti. Tak terpakai di AC Milan, Gourcuff menjelma penggerak utama Bordeaux saat berjaya di Ligue 1 Prancis musim 2008/09. Setelah memastikan diri bertahan bersama Les Girondins musim ini, kemampuan Gourcuff akan lebih banyak tereksplorasi. Babak penyisihan Liga Champions musim ini sudah menjadi contoh.



Lassana Diarra (Real Madrid / Prancis)





Setiap tim butuh seseorang untuk melakukan "tugas kotor". Merebut bola dari penguasaan lawan sekaligus menjadi pemasok rekannya yang berfungsi sebagai pengatur serangan. Lass tidak banyak disebut sepanjang tahun ini, padahal kerja kerasnya di lini tengah Madrid tidak boleh diabaikan. Pantang menyerah, bertenaga kuda, dan tak kenal kompromi meneguhkan kesan Lass sebagai "Claude Makelele baru".



Mesut Oezil (Werder Bremen / Jerman)





Pemain muda yang akhirnya tampil mencuat bersama Werder tahun ini. Oezil merupakan alasan yang membuat Werder tak keberatan melepas Diego Ribas ke Juventus. Oezil mampu menggantikan peranan sebagai pengatur serangan tim. Penampilan cemerlangnya sudah menggelitik Joachim Loew untuk menyertakannya ke dalam skuad timnas Jerman. Oezil punya banyak waktu untuk terbang lebih tinggi.



Zvjezdan Misimovic (Vfl Wolfsburg / Bosnia-Herzegovina)





Hampir setengah dari gol Wolfsburg di Bundesliga Jerman musim 2008/09 merupakan buah inspirasi Misimovic. Setelah beberapa musim bertualang di Jerman, akhirnya Mismiovic menemukan bentuk permainan terbaiknya. Tak terbantahkan, Misimovic adalah dirigen permainan menyerang yang diperagakan Wolfie.



Ryan Giggs (Manchester United / Wales)





Makin tua makin jadi. Kehilangan kecepatan tak membuat Sir Alex Ferguson kekurangan akal. Giggs digeser ke tengah sehingga visi tajamnya sangat bermanfaat dalam memasok umpan-umpan ke lini depan Manchester United. Penampilan Giggs membuat United tak lagi terlalu merasakan kehilangan Cristiano Ronaldo.



Marek Hamsik (Napoli / Slovakia)





Gosip kepindahan Hamsik dari Napoli tak kunjung reda hingga akhir tahun ini, bahkan hingga musim panas tahun depan. Perhatian dari klub-klub besar tentu bukan tanpa alasan. Kendali permainan Napoli disetir oleh gelandang internasional Slovakia ini. Mungkin Hamsik memang butuh klub lebih besar dari Napoli untuk meraih kejayaan sebagai pemain.



Yaya Toure (Barcelona / Pantai Gading)





Tidak hanya menjadi jangkar formasi Barcelona, Yaya juga selalu mampu memberikan bukti setiap kali dibutuhkan. Tak protes ditempatkan untuk membantu lini belakang ketika Barca mengalami krisis bek, keteladanan Yaya patut dipuji. Ingat, Yaya bermain sebagai bek tengah pada final Liga Champions 2008/09 lalu! Peran yang dimainkannya tanpa cela. Jika rencana kepindahan Yaya dari Camp Nou terwujud, Barca akan merugi.



Demy de Zeeuw (AZ Alkmaar/Ajax Amsterdam)





Karakter pejuang seperti De Zeeuw pantas disyukuri persepakbolaan Belanda. Sudah tampil mengemuka dan dipanggil Marcoa van Basten untuk memperkuat timnas Belanda di Piala Eropa 2008, penampilan De Zeeuw malah menurun. Louis van Gaal malah menyuruhnya bermain di tim cadangan. Pantang menyerah, De Zeeuw memperbaiki penampilan. Sukses kembali meraih posisi di tim inti di AZ, De Zeeuw lantas pindah untuk menggerakkan mesin permainan Ajax.


Sumber : Goal.com

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

profil vidha

Banjarnegara , I am a person who wants to be useful for others , always thanxz to God for what is given , and always to positive thinking about what happened. , ways of thinking determine the behavior .. , e-mail: arnanda.vidha@yahoo.com

  ©Template by Dicas Blogger.